RajaBackLink.com

Home / Nasional / Opini / Politik / Sosial Budaya

Minggu, 1 Mei 2022 - 05:24 WIB

FIKIRAN NGAWUR PUAN DI AKHIR RAMADHAN

Saiful Amri - Penulis Berita

by M Rizal Fadillah

(Pemerhati Politik dan Kebangsaan)

SRIWIJAYATODAY.COM | Sebulan penuh melaksanakan ibadah puasa tentu ketakwaan yang seharusnya didapat. Setiap muslim mematuhi ketentuan agama untuk keselamatan hidup di dunia dan akherat. Aturan syari’at membawa ketenangan hidup pribadi, rumah tangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Agama adalah celupan Ilahi untuk kebahagiaan hakiki.

Muslim meyakini bahwa agama bukan hanya urusan ibadah seperti shalat, puasa atau haji tetapi juga memasuki area lain seperti menyejahterakan masyarakat, menegakkan keadilan, maupun menunaikan amanah jabatan. Itu semua adalah kewajiban agama yang akan diminta pertanggungjawaban dihadapan Allah SWT.

Islam adalah agama yang diridloi Allah SWT. Bersifat universal. Perbedaan kultural tidak menyebabkan adanya Islam Arab, Islam Eropa ataupun Islam Nusantara. Tidak ada pula Islam hijau, Islam belang-belang, Islam hitam ataupun Islam merah putih. Islam berwarna terang yang menjadi cahaya bagi para pengikutnya. Beragama Islam itu jauh dari ruang abu abu, remang-remang, apalagi gelap. Islam agama yang mengeluarkan dari kegelapan.

Baca Juga :  BONGKAR PABRIK PENISTA AGAMA

Adanya sebutan Puan Maharani tentang Islam merah putih adalah fikiran keliru alias ngawur. Bahwa Islam merah putih itu untuk menyeimbangkan antara nasionalisme dan agama adalah tidak relevan, sebab bagi seorang muslim nasionalisme adalah bagian dari agama. Memilah keduanya merupakan pandangan sekular dan agama Islam sangat menentang sekularisme.

Islam merah putih adalah sekuler dan itu bukan Islam. Merah putih ya merah putih, Islam ya Islam. Cara pandang Puan bukan brilyan tetapi sesat dan menyesatkan. Bahayanya kita mundur kembali pada dikhotomi sebagaimana di awal perdebatan ideologi negara antara kelompok kebangsaan (merah) dan kelompok Islam (putih).

Islam merah putih memecah belah dan memojokkan umat Islam. Beranggapan ada yang salah pada umat Islam selama ini. Dinilai tidak merah putih.
Katanya itu untuk mencegah politik identitas. Anehnya politik Islam saja yang disebut dengan politik identitas lho yang sekuler, kristiani, sosialis, komunis, pragmatis, nasionalis bukan politik identitas ? Konyol.

Baca Juga :  Serma Ach Muzammil Hadiri Acara Buka Puasa Bersama Dan Tarling Dengan Walikota Bekasi

Lebih celaka jika yang dimaksud Islam merah putih adalah Islam yang ada di komunitas PDIP sedangkan selainnya bukan Islam merah putih. Pendekatan segmenter dari kategorisasi Islam seperti ini tentu menyesatkan.

Sudahlah mbak Puan di akhir Ramadhan ini tidak perlu membuat gaduh umat dan bangsa dengan diksi atau narasi yang aneh-aneh dan tidak adekuat.
Jika memahami Islam itu standar-standar saja hendaknya tidak perlu menyentuh pemaknaan keagamaan yang terlalu jauh dan dalam, apalagi dibuat-buat untuk kepentingan politik sesaat.

Islam merah putih itu mengada-ada dan meracuni.
Islam merah putih hanya tipu duniawi, buatan Puan Maharani.
Ketahuilah bahwa Islam dari Ilahi yang akan dibawa sampai mati.

Selamat Iedul Fitri. Selamat kembali ke fitrah Islami.
Bukan Islam merah atau Islam putih. Bukan pula Islam merah putih.
Islam itu bukan bendera.

*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan

Bandung, 30 April 2022

Berita ini 106 kali dibaca

Share :

Baca Juga

Nasional

JOKOWI BERKHIANAT PADA PDIP DAN MEGAWATI

Covid 19

Zulhas : Akhiri Corona Dengan Senyuman Dunia Yang Indah ”Word Smile one stop recreation and family friendly”

Headline

DUKUNG KETAHANAN PANGAN LANAL BATAM TEBAR 600.000 BENUR UDANG

Nasional

HASIL QUICK COUNT MENJADI KACAU, KETIKA TOKOH DALAM LEMBAGA SURVEY BERTINDAK SEBAGAI “TIMSES”

Opini

PERJANJIAN RI – GAM : SISI LAIN DARI REFLEKSI 20 TAHUN BENCANA TSUNAMI ACEH

Ekonomi

Pembangunan Jalan Dua Jalur Bireuen-Juli Rampung, HRD Ucapkan Terima Kasih Kepada Menteri PUPR

Headline

Tingkatkan Kualitas Konektivitas Digital, Menteri Johnny: Kominfo Mulai Refarming di 9 Klaster

Opini

PERPPU SANG DIKTATOR TENGGELAMKAN