RajaBackLink.com

Home / Ekonomi

Rabu, 13 Agustus 2025 - 10:37 WIB

Emas Terancam Gagal Pertahankan Kenaikan Pasca Rilis Data Inflasi AS

Redaksi - Penulis Berita

Harga emas (XAU/USD) mencatat kenaikan tipis pada perdagangan Selasa (12/8), menguat 0,20% setelah publikasi data inflasi Amerika Serikat (AS) bulan Juli. Sentimen positif juga muncul dari pernyataan Presiden AS Donald Trump yang kembali menekan independensi Federal Reserve (The Fed). Namun, analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, menilai tren bearish pada XAU/USD justru semakin kuat.

Berdasarkan analisis Andy, pola candlestick dan indikator Moving Average saat ini menunjukkan tekanan jual yang dominan. Untuk proyeksi harian, jika tren bearish berlanjut, XAU/USD berpotensi turun menuju level support di $3.332. Sebaliknya, jika harga bertahan di atas support dan terjadi koreksi, peluang kenaikan terbuka hingga resistance di $3.365.

Pada sesi perdagangan Asia Rabu pagi (13/8), emas sempat menguat mendekati $3.350 setelah rebound dari posisi terendah multi-hari di kisaran $3.330. Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed pada pertemuan September. Berdasarkan data FedWatch CME, peluang pemangkasan suku bunga lanjutan pada Oktober juga naik menjadi 67% dari sebelumnya 55%.

Baca Juga :  1,4 Juta Pelanggan Bersubsidi: PSO Kereta Api 2025 Daop 1 Jakarta, Dorong Akses Transportasi Merata dan Berkelanjutan

Data Indeks Harga Konsumen (IHK) AS yang sesuai perkiraan turut memengaruhi pergerakan harga. IHK tahunan Juli naik 2,7%, sementara IHK inti tahunan mencapai 3,1%, melampaui prediksi 3%. Secara bulanan, keduanya juga tumbuh lebih tinggi dari estimasi, yaitu 0,2% untuk IHK dan 0,3% untuk IHK inti. Hasil ini memicu spekulasi bahwa meski inflasi masih cukup kuat, The Fed mungkin akan melonggarkan kebijakan moneter demi mendukung pertumbuhan ekonomi.

Penurunan suku bunga biasanya menjadi katalis positif bagi emas karena mengurangi biaya peluang memegang aset tanpa imbal hasil seperti logam mulia. Namun, sentimen positif emas kali ini terbatas oleh meredanya ketegangan perdagangan AS–Tiongkok setelah Donald Trump menunda penerapan tarif besar selama 90 hari, sehingga mengurangi permintaan emas sebagai aset safe-haven.

Baca Juga :  Perkuat Literasi AI, MAXY Academy Hadirkan Workshop Prompt Engineering dan Logic Flow

Sementara itu, pejabat The Fed seperti Thomas Barkin dari The Richmond menilai kebijakan saat ini sudah tepat, walau inflasi dan pengangguran masih menjadi tantangan. Jeffrey Schmid dari The Fed Kansas City juga menyatakan kebijakan yang sedikit ketat tetap relevan, dengan pendekatan yang hati-hati dalam mengubah suku bunga.

Secara keseluruhan, Andy Nugraha menegaskan bahwa meski emas sempat rebound di awal pekan, tren jangka pendek masih berada di bawah tekanan bearish. Penguatan memang dapat mendorong harga menguji level berikutnya, namun kegagalan bertahan berpotensi memicu kembali dominasi tekanan jual.

Artikel ini juga tayang di VRITIMES

Berita ini 7 kali dibaca

Share :

Baca Juga

Ekonomi

Apa Itu Trading? Panduan Istilah Dasar untuk Trader Pemula

Ekonomi

Workshop Gratis dan Terbatas: Praktik Sustainability Report untuk Perusahaan Keuangan

Ekonomi

Diversifikasi Investasi Melalui Reksa Dana untuk Pemula

Ekonomi

Apparel Nyaman untuk Liburan Singkat: Tips Weekend Getaway dengan Bodypack

Ekonomi

KAI dan PPATK Teken MoU: Sinergi Wujudkan Tata Kelola Bersih dan Pencegahan Pencucian Uang

Ekonomi

Apa Efek Samping Postinor 2 terhadap Haid?

Ekonomi

Mengambil Alih Kendali dari Krisis: Bagaimana Kevin Temukan Arah Hidup Lewat Saham

Ekonomi

PT White Diamond Technology : Inovasi Teknologi Terdepan untuk Solusi Digital Masa Depan