Foto Ilustrasi
Aceh Timur | Sriwijayatoday.com – Dampak pandemi Covid-19 sejak april tahun 2020, kondisi ekonomi masyarakat semakin terpuruk. peluang kerja sangat sempit, usaha dagang sepi sementara harga beli kebutuhan pokok masyarakat naik.
Harga barang kebutuhan sehari -hari semakin mahal , misalkan di Aceh Timur, harga beras netto 15 kg rata rata Rp 165 ribu – 180 per sak, harga minyak goreng Rp 22,000 per kg, ikan segar jenis tongkol Rp 30 ribu – Rp 35,000, begitu juga jenis barang lain nya hampir semua naik.
Sedangkan pendapatan masyarakat jangan kan meningkat namun sebalik nya semakin berkurang, masyarakat semakin kebingungan, sebab sumber pendapatan dan belanja tidak berimbang, misalnya tukang bangunan gaji per hari Rp 100,000, sementara untuk kebutuhan belanja sehari – hari tidak cukup Rp 100 ribu, baik untuk kebutuhan belanja dapur, jajan anak sekolah, belum lagi setiap bulan harus bayar rekening listrik, BMM dan beli gas elpiji.
Jangan kan masyarakat biasa yang pendapatan pas pasan dan tak menentu, PNS sendiri pun yang pangkat/gol rendah bagaimana beratnya merasakan beban hidup saat ini. apalagi tenaga kontrak yang gaji berkisar Rp 500 per bulan.
Sementara langkah Pemerintah dalam upaya penanggulangan krisis pangan pun tidak tidak berjalan dengan baik, jika sebelum nya terbantu sedikit dengan bantuan pengaman sosial seperti bantuan modal usaha (BPUM), BST, dan BLT, kini hanya ada BLT di desa, itu pun sangat terbatas.
Bahkan keluarga miskin lebih sulit lagi sebagian besar subsidi listrik telah di cabut oleh Pemerintah.
Akibat kesulitan ekonomi, banyak yang menjadi pengangguran, bahkan pengemis di warung – warung semakin menjamur.***
(yahdien/mas j)