Sriwijayatoday.com, PALI – Sorotan terhadap aktivitas angkutan batubara di sepanjang Jalan Servo Lintas Raya (SLR) kembali memanas. Setelah berita mengenai cemarnya kebun karet warga akibat debu di lintasan angkutan itu tayang di media ini, gelombang komentar dari medsos, warganet pun bermunculan.
Salah satunya muncul di akun Facebook atas nama Do Res, mengomentari Tutuplah oy jalan e, dan milik Samsudin Pali, yang menulis, “Betul, tempat kami juga debu banyak. Saat ditanya kepada supir mobil penyiraman, kami hanya dapat sambatan,” tulisnya menanggapi berita berjudul “Debu Batubara Cemari Kebun Warga, PT SLR Dinilai Lalai.”
Komentar serupa juga ramai diperbincangkan dalam grup WhatsApp warga Kecamatan Tanah Abang. Seorang pengguna dengan nama karmaprabu menanggapi sinis: “Lah lame masalah debu tuni, dasar be tubo mpai sadar. Dasar kita baru sadar sekarang.”
Keluhan Warga Semakin Menguat
Sebelumnya, dalam laporan yang diterbitkan Sabtu (19/7/2025), warga yang terdampak di sekitar KM 49 hingga KM 51 mengaku semakin resah.
IN, penyadap karet asal Desa Siku, Kecamatan Empat Petulai Dangku, Kabupaten Muara Enim, menyebutkan bahwa aktivitasnya terganggu akibat tebalnya debu yang menyelimuti kebun.
“Kami para penyadap di pinggir jalan angkutan batubara merasa sangat tidak nyaman. Setiap kali mobil batubara lewat, debunya langsung menyerbu kebun kami,” ujarnya.
IN menyoroti minimnya pengawasan dalam pengelolaan penyiraman jalan. Menurutnya, penyiraman hanya dilakukan dua hingga tiga kali sehari, yang tidak memadai untuk menekan debu yang terus beterbangan.
“Jalan hanya disiram pagi dan sore. Selebihnya kering dan berdebu parah. Akhirnya, semua debu masuk ke kebun kami dan membuat kami rugi,” sambungnya.
Debu Ancam Kesehatan
Yanto, penyadap dari Tanah Abang yang bekerja di sekitar KM 49, menambahkan bahwa debu batubara bukan hanya mengganggu kenyamanan, tetapi juga mengancam kesehatan.
“Debu batubara itu bukan sembarang debu, bisa picu penyakit paru-paru. Tapi perusahaan seolah cuek, seakan kami ini bukan bagian dari mereka,” keluhnya.
Menanggapi berbagai keluhan ini, pihak Humas PT Servo Lintas Raya (SLR) saat dikonfirmasi hanya memberikan jawaban singkat melalui pesan WhatsApp: “Kami akan sampaikan ke bagian pengawasan penyiraman.”
Desakan dari Aktivis
Aktivis Wisnu Dwi Saputra, S.H., yang turut menyoroti masalah ini, meminta PT SLR untuk segera bertindak. Ia menegaskan bahwa perusahaan tak bisa terus-menerus mengabaikan suara warga.
“Permasalahan ini tidak bisa dibiarkan berlarut, apalagi sudah masuk musim kemarau. Risiko gangguan pernapasan makin tinggi,” tegasnya.
Dwi juga mendesak pengelola Perusahaan segera untuk turun langsung ke lapangan.“Jangan cuma duduk di belakang meja. Tindak lanjuti keluhan warga secara nyata,” pungkasnya. (Red).















