Pansel Masih Kerja, Kandidat Bacalon Jangan ‘Potong Kompas
ACEH TIMUR, Hingga kini Tim Panitia Seleksi (Pansel) Bakal Calon (Balon) Bupati/Walikota dari Partai Aceh (PA) masih bekerja. Oleh karenanya, masing-masing kandidat Balon Bupati khususnya di Aceh Timur harus bersabar menunggu keputusan akhir dari Dewan Pimpinan Pusat Partai Aceh (DPP-PA) dan Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA).
Hal itu disampaikan mantan Bupati Aceh Timur H Hasballah M Thaib, menyikapi perkembangan suhu politik di internal Dewan Pimpinan Wilayah Partai Aceh (DPW PA) Kabupaten Aceh Timur, yang dinilai kurang sehat dalam berdemokrasi.
“Para kandidat balon bupati harus menghargai hak demokrasi, apalagi kita Partai Aceh (PA) harus memberikan contoh berdemokrasi yang baik dan sehat, sehingga menjadi bahan edukasi politik terhadap generasi muda,” kata Rocky, sapaan H. Hasballah M. Thaib SH, Sabtu (6/7/2024).
Pria yang akrab disapa Rocky ini berharap semua balon bupati tidak berlebihan dalam melakukan silaturahmi dengan masyarakat, karena DPP Partai Aceh (PA) belum mengeluarkan keputusan, bahkan sampai saat ini tim pansel yang dibentuk DPP PA masih melakukan survey untuk melihat kandidat yang disukai masyarakat dan dicintai ulama.
“Kita juga berharap ketua dan pengurus DPW Partai Aceh (PA) harus benar-benar netral terhadap kandidat balon bupati dalam Pilkada, karena disaat terjadi keberpihakan pimpinan DPW PA maka sangat berpotensi memecahbelahkan pengurus dibawahnya, baik Dewan Pimpinan Cabang – Partai Aceh (DPC-PA) maupun Dewan Pengurus Sagoe Partai Aceh (DPS-PA,” urai Rocky.
Dia melanjutkan, sikap ‘potong kompas’ yang diperlihatkan seorang pimpinan DPW-PA dalam mengajak pengurus dan simpatisan PA untuk mendukung salah satu balon bupati akan dinilai sebuah ‘pemerkosaan’ demokrasi di tingkat internal partai, apalagi menyatakan dukungan secara langsung.
“Kita ketahui sejumlah nama balon bupati mendapatkan rekomendasi DPW PA Aceh Timur dan mendaftar ke DPP PA, diantaranya Muslim Usman, Iskandar Usman Alfarlaky, H Sulaiman atau Tole dan Zulfadli Aiyub atau Kupiah Seuke. Keempatnya mendapat rekomendasi DPW PA dan didaftar ke DPP PA. Tapi nyatanya di lapangan, seorang pimpinan DPW PA mengeluarkan pernyataan dukungan untuk salah satu balon, padahal balon yang didukung pimpinan DPW PA ini bukan berdasarkan keputusan tertulis dari DPP PA, karena Tim Pansel Balon Bupati/Walikota sampai saat ini masih bekerja. Jadi ini benar-benar aneh bin ajaib, bahkan telah mengotori etika dalam berpolitik,” timpa tokoh politik dari gerilyawan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ini.
Sebagai mantan bupati dua periode di Aceh Timur, Rocky sangat berharap para pengurus Partai Aceh (PA) di tingkat DPW dan DPC serta DPS untuk lebih dewasa dalam berpolitik. Dia menyarankan semua kader dan balon yang sudah mendaftar untuk mengikuti aturan dan proses yang sedang berlangsung di tingkat DPP PA.
“Kita harus menghargai Mualem (H. Muzakir Manaf–red) selaku Ketua DPP Partai Aceh. Artinya, sebagai kader partai tentu kita tidak boleh mendahului keputusan pimpinan. Jangan sampai terkesan ‘potong kompas’ dalam pengambilan keputusan,” tegas Rocky.
Rocky juga berharap hak demokrasi harus berlangsung secara sehat. Begitu juga dengan PA sebagai partai politik (parpol) yang lahir dari perjuangan panjang masyarakat Aceh tentu harus lebih dewasa dalam berpolitik. “PA ini milik bersama. Jadi semua punya hak dalam berdemokrasi. Oleh karena itu, jangan pangkas hak demokrasi ini,” pungkas Rocky. (*).
Editor: Ayahdidien