RajaBackLink.com

Home / Opini / Politik

Selasa, 17 Mei 2022 - 06:24 WIB

PENJAJAH ITU BERNAMA OLIGARKI

Saiful Amri - Penulis Berita

Foto: shutterstock

by M Rizal Fadillah

SRIWIJAYATODAY.COM | Pilihan kita adalah demokrasi yang diformulasi dengan “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan”. Kedaulatan di tangan rakyat yang melalui proses politik memilih wakil-wakil rakyat. Lawan dari demokrasi adalah otokrasi atau oligarki. Keduanya menyebabkan rakyat teralienasi atau terjajah. Oligarki adalah kolonialisme atau sistem penjajahan baru.

Oligarki artinya kekuasaan ada pada kelompok tertentu. Kecil tetapi menentukan. Kelompok itu bisa kumpulan dari ketua partai koalisi yang berkuasa. Bisa juga para pengusaha yang mengatur pengelolaan negara dengan kekuatan modal atau uang. Mereka menjadi bandar untuk operasi politik, hukum, ekonomi dan juga perusakan agama. Kepala Pemerintahan berada di bawah kendalinya.

Demokrasi Indonesia kini berada dalam posisi menyimpang. Apabila formalnya masih ditempelkan label demokrasi, maka itu adalah Demokrasi Terpimpin. Jika di masa Orde Lama kekuasaan tersentralisasi pada seorang Presiden, maka kini keterpimpinan itu berada pada sekelompok orang berkuasa yang bernama Oligarki.

Baca Juga :  KETIKA KM 50 MENJADI SOROTAN AMERIKA

Ciri penjajah sekurangnya ada lima, yaitu :

Pertama, menguasai elemen pemaksa seperti tentara dan polisi, mengendalikan semau dan sekehendak pengambil kebijakan. Aparat yang tegak lurus dengan Pemerintah.

Kedua, hukum menjadi alat represi untuk membungkam rakyat. Keadilan diinterpretasi sekedar melindungi kelompok penguasa atau establishment. Hukum menjadi kepanjangan tangan politik.

Ketiga, eksploitasi habis-habisan sumber daya alam milik bangsa. Tanah, air, hutan dan tambang dikuasai oleh segelintir penguasa politik yang berkolusi dengan pebisnis. Rakyat diposisikan sebagai budak pekerja yang tetap miskin.

Keempat, harga barang pokok dibuat melambung tinggi sementara pajak-pajak diperberat, hal ini dimaksudkan agar tetap ada ketidak berdayaan permanen dan ketergantungan pada belas kasih sang penjajah.

Baca Juga :  Ibu Bhayangkari Dikriminalisasi Polresta Manado, Fachrul Razi: Polri Harus Beri Keadilan kepada Korban

Kelima, pejuang kritis diberi label pemberontak, ekstremis, radikalis, atau penjahat pengganggu stabilitas. Pejuang kemerdekaan harus ditempatkan sebagai penghianat dan dianggap pembuat teror bagi masyarakat. Penjajah menciptakan musuh palsu.

Negara oligarki adalah negara kolonial. Jika ada seruan untuk melawan dan menghancurkan oligarki maka itu tiada lain adalah seruan untuk memerdekakan negeri. Merebut kemerdekaan dari kaum penjajah. Kolaborasi penguasa pribumi dengan pengusaha yang berwarna kulit dan bermata berbeda dengan pribumi. Musuh demokrasi.

Uang dan modal mampu mengendalikan senjata dan birokrasi. Rakyat terus dikencingi oleh penjajah oligarki. Tukang peras itu selalu berpura-pura lugu atau bermanis muka agar dapat terus menipu dan menguasai.

Gelorakan kembali pekik perjuangan :

Hancurkan oligarki, mereka adalah penjajah negeri..Merdeka atau Mati..!

*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan

Bandung, 17 Mei 2022

Berita ini 87 kali dibaca

Share :

Baca Juga

Narkoba

RUHUT : KOPASSUS TOLONG JAGA JOKOWI

Opini

M Rizal Fadillah: JANGAN JADI KADER PENJILAT

Opini

KOPERASI ; Lembaga Ekonomi Rakyat yang Tak Merakyat

Opini

KEJUJURAN DAN MEMBANGUN KOMUNIKASI AKADEMIK, MODAL BAGI MAHASISWA PROGRAM DOKTOR

Headline

DUKUNG PROSES HUKUM EKO KUNTADHI

Aceh

Siapa yang Jago dan Siapa yang Dijagokan Untuk Memimpin Demokrat Aceh Periode 2021-2026

Nasional

Rapat Kordinasi Kornas Aklamasi Memilih Eko Kuntadhi Sebagai Ketum Kornas Ganjarist

Hukum & Kriminal

“JIWASRAYA” Dirampok Oleh Korporasi Lain Yang Dikendalikan Dari Istana ?