Sriwijayatoday.com, PALI, – Menjelang pergantian tahun 2025, para petani kebun karet di Kabupaten PALI dan sekitarnya menghadapi tantangan berat. Hujan yang turun tanpa henti sepanjang hari ini, Kamis (26/12), memaksa mereka menghentikan aktivitas di kebun. Situasi ini membuat mereka kebingungan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kamis (26/12/2024).
Sebagian besar masyarakat di wilayah ini, sekitar 75% atau bahkan lebih, menggantungkan hidup mereka dari hasil getah karet. Hasil panen karet ini digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, seperti makan, minum, serta biaya pendidikan anak-anak. Namun, hujan deras yang terus mengguyur menyebabkan produksi karet terhenti, sehingga mereka tidak mendapatkan penghasilan.
Salah seorang petani, Hamdani (45), warga Desa Bumi Ayu kecamatan Tanah Abang, mengungkapkan kesulitannya. “Kami benar-benar bingung. Kalau hujan seperti ini, kami tidak bisa ke kebun. Padahal, kebutuhan sehari-hari terus berjalan, belum lagi uang sekolah anak. Setiap hari, hasil getah karet itulah yang kami jual untuk membeli bahan pokok,” katanya dengan raut wajah sedih.
Hujan yang berlangsung seharian tidak hanya memengaruhi aktivitas di kebun, tetapi juga memperburuk kondisi tanah di kebun karet. Tanah yang basah dan berlumpur menyulitkan petani untuk memanen getah, bahkan jika hujan berhenti sekalipun. Akibatnya, mereka terpaksa menunggu cuaca membaik agar dapat kembali bekerja.
Situasi ini tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada perekonomian daerah. Sebagai daerah yang sebagian besar penduduknya bergantung pada perkebunan karet, Kabupaten PALI kini menghadapi ancaman penurunan daya beli masyarakat. Warung-warung kecil yang biasanya menjadi tempat warga berbelanja kebutuhan pokok pun mulai merasakan dampaknya.
Menurut Ibu Esi (34), seorang pedagang sembako, penurunan daya beli masyarakat sudah terlihat sejak beberapa hari terakhir. “Biasanya, pembeli ramai setiap pagi, terutama petani yang baru pulang dari kebun. Tapi sekarang sepi, karena mereka tidak punya uang. Hujan seperti ini memang membuat mereka tidak bisa bekerja,” ujarnya.
Banyak petani berharap adanya solusi jangka pendek untuk membantu mereka bertahan di tengah kondisi sulit ini. Beberapa di antaranya mengusulkan agar pemerintah daerah memberikan bantuan berupa sembako atau pinjaman lunak yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan mendesak.
“Kalau ada bantuan dari pemerintah, seperti sembako atau bantuan langsung tunai, itu sangat membantu kami untuk sementara waktu. Kami juga berharap harga karet bisa lebih baik, karena selama ini harganya masih rendah,” ungkap Bus, petani lainnya.
Melihat kondisi ini, pemerintah daerah diharapkan segera mengambil langkah nyata untuk membantu para petani. Selain bantuan darurat, pemerintah juga perlu mencari solusi jangka panjang agar para petani tidak selalu bergantung pada cuaca. Diversifikasi mata pencaharian, pelatihan keterampilan, atau pembukaan peluang usaha lain dapat menjadi salah satu jalan keluar untuk mengatasi masalah ini.
Hujan yang mengguyur Kabupaten PALI menjadi pengingat akan pentingnya upaya kolaboratif antara pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi tantangan yang berkaitan dengan sektor pertanian. Para petani berharap cuaca segera membaik, sehingga mereka dapat kembali ke kebun dan menyambung hidup menjelang pergantian tahun baru. (Jiemie)