RajaBackLink.com

Home / Ekonomi

Kamis, 23 Oktober 2025 - 16:30 WIB

Rute Laut Merah Masih Kacau: Kapan Harus Switch ke Air Freight untuk Pengiriman Luar Negeri?

Redaksi - Penulis Berita

Belakangan rute Red Sea/Suez masih naik turun. Kapal banyak yang muter jauh, jadwal molor, dan biaya bisa berubah cepat. Kalau bisnis kamu bergantung pada pengiriman luar negeri, wajar kok kalau jadi was-was. Pertanyaannya: kapan perlu switch ke air freight, dan kapan tetap aman di ocean?

Kapan Perlu Pindah ke Air Freight

– Deadline non-nego

Launch produk, pameran, atau kontrak dengan penalti. Kalau telat = rugi, udara biasanya paling masuk akal.

– Barang high-value / high margin

Selisih biaya udara bisa “ketutup” oleh profit yang terselamatkan.

– Risiko stockout

Stok menipis, toko online/offline bakal kosong kalau nunggu kapal. Udara menjaga rak tetap terisi.

– Produk sensitif waktu

Sampel kampanye, suku cadang urgent, dokumen legal, atau batch kosmetik yang harus live minggu ini.

– Tracking laut stagnan 48–72 jam

Kalau status mentok di hub krusial, pertimbangkan split: SKU terlaris via air, sisanya tetap ocean.

– Pelanggan tak toleran keterlambatan

Baca Juga :  AnyMind Group merilis laporan “The East Asia E-commerce Landscape 2024”

B2B buyer tertentu menuntut service level ketat. Udara = ketepatan yang lebih stabil.

Kapan Masih Aman di Ocean

– Barang low urgency dan volume besar.

– Ada buffer stok di tujuan.

– Jadwal bisa geser tanpa sanksi.

– Target harga prioritas utama.

Opsi Taktis Selain “Full Air”

– Sea Air (Hybrid): Laut ke hub cepat (mis. SG/CMB/DXB), lanjut udara ke tujuan akhir. Waktu lebih singkat dibanding full ocean, biaya lebih ramah dibanding full air.

– Split Shipment: 20–30% SKU kritikal via air, sisanya ocean.

– Upgrade Sementara: Dari economy air → express hanya untuk PO tertentu; atau dari layanan ocean biasa → priority sailing.

Kalkulator Cepat: Worth It Nggak Pindah ke Udara?

– Hitung biaya telat: (margin/hari × hari telat × unit terdampak).

– Bandingkan dengan selisih biaya ocean vs air untuk volume yang sama (atau porsi split).

– Tambahkan faktor peluang yang hilang: campaign, seasonal demand, penalti, reputasi.

Baca Juga :  Vitalik Buterin Siap Turunkan Persyaratan Staking Ethereum! Ini Detailnya!

Jika biaya telat > selisih biaya udara → switch/semi switch masuk akal.

Mini-FAQ

Q: Air freight selalu lebih mahal?

A: Per kg iya, tapi total biaya bisa “masuk akal” kalau menghitung kerugian telat, penalti, dan reputasi.

Q: Sea–air ribet?

A: Perlu koordinasi tambahan, tapi sering jadi titik tengah terbaik saat rute laut tak pasti.

Q: Bagaimana dengan bea cukai?

A: Dokumen rapi + HS code jelas. Untuk pengalaman penerima yang simpel, pertimbangkan skema All-In (DDP).

Red Sea bikin jadwal laut kurang stabil. Kalau deadline ketat, nilai tinggi, atau tracking mulai seret, switch/semi switch ke air freight layak dipertimbangkan. Yang penting, ambil keputusan berbasis data bukan sekadar feeling supaya pengiriman luar negeri kamu tetap on track. Ingin simulasi cepat ocean vs air untuk rute kamu? Lihat estimasinya dan minta rekomendasi pengiriman luar negeri yang paling realistis di airwayexpress.id

Artikel ini juga tayang di VRITIMES

Berita ini 9 kali dibaca

Share :

Baca Juga

Ekonomi

Japanese Curry – Inovasi Menu Baru Bernuansa Jepang dari A&W Indonesia Menjelang Akhir Tahun 2024

Ekonomi

Holding Perkebunan Nusantara Melalui PTPN IV Regional V Perkuat Program PSR melalui Sosialisasi Bibit Unggul di KUD Sawit Trija

Ekonomi

Produk Bebas Asap Berbasis Sains dan Teknologi: Kunci Sampoerna-PMI Hadirkan Produk Alternatif yang Lebih Baik

Ekonomi

Setelah 227 ribu Pelanggan Manfaatkan Diskon 30% KA Ekonomi Non Subsidi Hingga Akhir Juli 2025, KAI Daop 2 Bandung Lanjutkan Diskon 10% untuk KA Pasundan

Ekonomi

Hindari Salah Hitung! Gunakan Solusi Pembukuan Online yang Tepat

Ekonomi

KAI Daop 1 Jakarta Lakukan Rekayasa Pola Operasi untuk Antisipasi Dampak Aksi Akbar Bela Palestina di Monas

Ekonomi

Kenali Jenis dan Fungsi Sparepart Gearbox Industri untuk Performa Maksimal

Ekonomi

Evista Siap Sambut Penumpang di Mudik 2025 dengan Armada Listrik Ramah Lingkungan