“Menelusuri Sisa Kemegahan Kerajaan Sriwijaya”
Sriwijayatoday.com
Di balik bata merah yang kini tampak usang, tersimpan sebuah kisah besar tentang kejayaan bangsa di masa silam. Bangunan kuno yang berdiri kokoh ini adalah peninggalan Kerajaan Sriwijaya, sebuah kerajaan maritim yang pernah menguasai jalur perdagangan dunia dan menjadi pusat peradaban di Asia Tenggara.
Dikutip dari video Tante Yuni, Sekitar abad ke-7 hingga ke-13, Sriwijaya bukan hanya sekadar kerajaan, melainkan sebuah imperium yang disegani. Letaknya yang strategis di jalur pelayaran internasional menjadikan Sriwijaya ibarat jantung ekonomi dunia kala itu. Kapal-kapal dagang dari India, Tiongkok, bahkan Arab, singgah untuk menukar rempah, emas, sutra, dan keramik. Semua berpusat di tanah Sriwijaya yang makmur.
Namun, keagungan Sriwijaya tidak hanya terletak pada perdagangan. Kerajaan ini juga menjadi pusat spiritual dan ilmu pengetahuan.
Di sekitar bangunan yang kini disebut candi atau stupa, dahulu para biksu berkumpul, berdiskusi, dan menyebarkan ajaran Buddha. Catatan dari I-Tsing, seorang pendeta Tiongkok abad ke-7, menyebut bahwa Sriwijaya adalah pusat pembelajaran agama Buddha terbesar di Asia Tenggara. Dari sinilah cahaya ilmu pengetahuan menyebar ke berbagai belahan dunia.
Kini, yang tersisa hanyalah batu bata berlumut, stupa yang mulai terkikis, dan puing-puing bangunan yang senyap. Namun, setiap retakan bata itu seolah masih menyimpan suara masa lalu. Suara kapal-kapal asing yang berlabuh, suara biksu yang melantunkan doa, hingga suara rakyat Sriwijaya yang hidup dalam kemakmuran.
Mengunjungi situs ini, imajinasi kita seakan dibawa kembali ke masa lalu. Di sinilah sejarah Nusantara membuktikan bahwa bangsa ini pernah berdiri gagah sebagai pusat peradaban dunia. Warisan Sriwijaya mengajarkan bahwa kejayaan sejati tidak hanya diukur dari kekayaan materi, tetapi juga dari ilmu pengetahuan, budaya, dan persatuan rakyatnya.
Jejak ini adalah pengingat, bahwa kita adalah bangsa besar yang lahir dari peradaban megah. Sriwijaya bukan sekadar nama, melainkan cahaya yang pernah menerangi Nusantara dan dunia. (Jiemie)