RajaBackLink.com

Home / Headline / Nasional / Opini / Politik / sosial

Jumat, 29 Oktober 2021 - 05:36 WIB

BERHALA SOEKARNO

Saiful Amri - Penulis Berita

by M Rizal Fadillah

Instruksi Megawati kepada kadernya agar di setiap daerah dibuat patung Soekarno bukan hal yang bagus, bahkan kontroversial dan bakal banyak penentangan. Dinilai berlebihan dan keluar dari proporsi sebuah penghormatan. Kultus individu merupakan esensi dari keberhalaan. Berhala baru itu bernama Soekarno.

Alih-alih bangsa akan menghormati sesuatu yang berlebihan bahkan bisa sebaliknya yaitu menghinakan. Jika ada dimana-mana artinya barang obralan, murahan. Sadarkah Megawati akan aspek psikologis seperti ini ?
Jika dibuat di kantor PDIP mungkin masih wajar, tetapi jika membuat banyak di luar area internal kepartaian maka menjadi tidak wajar. Menghargai Soekarno sebagai Proklamator bukan dengan membuat patung tetapi memaknai spirit perjuangannya yang hebat dan berkobar-kobar.

Kekeliruan pandangan dan instruksi dari Ketum PDIP Megawati untuk membuat patung Soekarno dimana-mana itu adalah :

Pertama, Proklamator itu bukan hanya Soekarno sendirian tetapi dengan Moh Hatta. Jika alasan sebagaimana dikemukakan Mega untuk menghormati dan mengenal Proklamator, maka patung itu semestinya adalah Soekarno bersama Moh Hatta. Tentu Mega atau kader akan berkeberatan karena yang dikehendaki adalah tampilan Soekarno seorang.

Baca Juga :  Bhabinkamtibmas Bajeng Pantau Jalannya Vaksinasi di Kantor Kelurahan

Kedua, sebagaimana singgungan Megawati soal umat Islam, meski dengan tendensius menyebut umat Islam garis keras, masih banyak di kalangan umat yang memahami bahwa pembudayaan patung adalah di luar ajaran Islam. Bisa mengganggu keimanan dan pencitraan relijiusitas bangsa. Tak ada hubungan dengan keras atau lunak karena banyak dalil untuk itu.

Ketiga, Soekarno bukan lah tokoh sempurna, sehingga jika dikultuskan, maka kelak mungkin akan ada buka-bukaan atas cacat-cacat Soekarno, baik soal perempuan, diktatorial, kedekatan dengan PKI, permusuhan dengan ulama, atau lainnya. Artinya menjadi boomerang.

Keempat, mengingatkan kedekatan Soekarno dengan komunis akan menimbulkan sikap antipati dan perlawanan dari umat Islam dan TNI. Ada luka dan kejengkelan sejarah yang dibangkitkan kembali melalui patung Soekarno yang ada dimana-mana tersebut.

Baca Juga :  LANGKAH PERLAWANAN MUHAMMADIYAH

Kelima, persoalan politik itu fluktuatif. Kini PDIP adalah pemenang lalu Megawati bisa berbuat leluasa untuk mensosialisasikan dan menampilkan figur Soekarno dalam bentuk patung. Namun jika nyatanya PDIP kalah dan tidak berkuasa, dimungkinkan terjadinya penghancuran patung Soekarno dimana-mana. Dan hal ini dapat membuat dada menjadi sesak.

Jadi instruksi Megawati mesti dievaluasi realisasinya karena dapat menjadi kontra-produktif. Penghormatan lebih efektif dilakukan melalui pemberian pelajaran sejarah pada generasi muda dengan baik dan konstruktif, jujur dan tidak manipulatif.

Benar bahwa Soekarno adalah Proklamator akan tetapi juga seorang Diktator.

*) Analis Politik dan Kebangsaan

Bandung, 29 Oktober 2021

Editor/Publies : Ayahdidien Prawira

Berita ini 61 kali dibaca

Share :

Baca Juga

Headline

Kapolsek Pattallassang Pimpin Operasi Yustisi, Bagi Masker Ke Pengendara

Berita Sumatera

OKI Kirim 114 Kontingen pada FORNAS VI Sumsel

Headline

Parah, Kabid SMA Disdik Sulsel Transaksi “Siswa Siluman” Dengan Pendemo

Opini

GANJAR BERTAHAN ATAU NYUNGSEP ? 

Headline

Terjadi Perkelahian Antar Warga, Polisi Di Gowa Datangi TKP Dan Amankan Terduga Pelaku

Aceh

‎Satresnarkoba Polres Aceh Timur Amankan Warga Miliki Empat Paket Sabu

Headline

Dekatkan Diri, Bhabinkamtibmas Polsek Bontomarannu Buat Lomba Untuk Warga di HUT RI Ke-77

Headline

Tidak Ada Ijin Resmi, Polisi Tutup dan Bongkar Pasar Malam