by M Rizal Fadillah*
OPINI – Indonesia kalah di Sidang WTO atas larangan ekspor bijih nikel. Uni Eropa sebagai penggugat merasa dirugikan dengan larangan tersebut. Dan dimenangkan. Indonesia meski mengajukan banding tentu kecewa. Aturan larangan ekspor raw material nikel dinyatakan melanggar aturan WTO khususnya Pasal XI. 1 GATT 1994 dan tidak dapat dijustifikasi Pasal XI. 2 (a) dan XX (d) GATT 1994.
Nasionalisme Jokowi meledak dengan alasan Indonesia yang ingin maju dihambat oleh negara maju. Mungkin saja sikap dan ledakan itu benar, tetapi mungkin saja ada faktor lain. Inilah pertanyaan seriusnya bahwa pernyataan Jokowi itu benar-benar membela Indonesia atau demi China ?
Ada dua perusahaan besar pengelolaan tambang nikel di Indonesia yaitu PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Sulawesi Tengah dan PT Viirtual Dragon Nikel Industry (VDNI) di Sulawesi Tenggara. Kedua perusahaan pengolahan ini berasal dari China.
Untuk pengolahan dibutuhkan smelter dan ternyata empat perusahaan smelter besar yang ada itupun semuanya investasi China.
Keempatnya adalah PT Sulawesi Mining Investment, PT Virtual Dragon Industry, PT Huadi Nickel Aloy, dan PT Harita Nickel.
JK mantan Wapres mengkritik pengelolaan nikel yang mayoritas China ini. “Ini daerah kaya nikel tetapi yang kerja semua China dari daratan sampai tukang las”, ujar JK. Indonesia yang memiliki cadangan nikel terbesar di dunia memang diikuti oleh TKA asal China. Hal ini akibat izin dan perjanjian saat negosiasi dengan investor China.
Faisal Basri menilai Indonesia menderita kerugian dalam investasi nikel. Menurutnya hanya untung di sektor sewa lahan dan upah kuli. Teknologi pembuatan baterai kendaraan listrik (EV) tidak dilakukan di Indonesia tetapi di China. Indonesia cuma mengolah jadi pellet, nickel pig iron, feronikel, dan besi baja setengah jadi.
Ketua Asosiasi Daerah Penghasil Mineral dan Enerji Terbarukan (Adpmet) Ridwan Kamil menyatakan Indonesia harus hati-hati kepada China. Menurutnya Tiongkok ambil nikel dari Indonesia sebagian untuk kita sebagian untuk Tiongkok. Tesla Inc kerap membeli pasokan bahan dari China padahal China membeli pasokan dari Indonesia.
Tesla Inc konon telah siap mengucurkan dana 5 Milyar USD untuk membeli bahan baterai dari perusahaan nikel China di Sulawesi.
Nah sekarang menjadi lebih terang pertanyaan serius kita apakah pernyataan Jokowi atas kekalahan di WTO itu benar:benar membela bangsa Indonesia atau sedang berjuang untuk kepentingan “kakak besar” nya China ?
Kita buktikan pula ucapan duta China Luhut Panjaitan yang siap untuk mem-buldozer penghambat investasi. Kill or to be killed, katanya.
Nyatanya kini sedang klepek klepek digebuk Uni Eropa di WTO.
Ah Luhut Luhut.. Jokowi Jokowi..!
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Bandung, 5 Desember 2022