MUARA ENIM SRIWIJAYATODAY.COM — Diduga karena buruknya kualitas BBM jenis Pertamax Ron 92, dan Pertalite Ron 90 membuat berang masyarakat Kota Muara Enim.
Dikutip dari Media Realitas.com banyaknya masyarakat Kota Muara Enim yang mengeluhkan kualitas BBM yang di jual oleh Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kota Muara Enim dengan no registered 24.313.43.
Berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan oleh tim Media Realitas.com pada Jumat, 19 Mei 2023 kemarin, mendapati adanya kendaraan roda Empat (Mobil) yang mogok tidak berada jauh di sekitar lokasi SPBU.
Dikatakannya, kendaraan tersebut mogok setelah melakukan pengisian BBM jenis Pertamax di SPBU yang hanya berjarak lebih kurang 100 meter dari tempat lokasi kendaraan tersebut mogok.
Keluhan yang sama juga dirasakan (SY). Menurutnya, pada Selasa, 16 Mei 2023 lalu. Dirinya melakukan pengisian BBM jenis Pertalite di SPBU yang sama. ” Setelah melakukan pengisian BBM di SPBU tersebut mobil saya terasa berat tidak bertenaga. Apalagi saat mau pergantian gigi transmisi antara 1 ke 2. Mobilnya ngeletek padahal sebelumnya tidak ada kendala”. Ungkapnya.
Menanggapi hal tersebut, Prasetyo selaku pihak pengelola SPBU mengatakan kepada Media Realitas.com.
Terkait banyaknya konsumen yang mengeluhkan kualitas BBM jenis Pertamax dan Pertalite di SPBU ini, memang berita itu sudah dari kemarin.
“Kami masih menyelidiki penyebab dan kebenaran hal tersebut”. Ujarnya saat dimintai tanggapan oleh Media Realitas.com
Meskipun sudah dibawakan sampel BBM jenis Pertamax dan Pertalite yang didapatkan dari tangki kendaraan yang mogok setelah melakukan pengisian BBM di SPBU tersebut. Pihak pengelola SPBU terkesan mengelak untuk disalahkan.
Pasalnya menurut Prasetyo, alat ukur yang digunakan oleh PT. Pertamina untuk mengukur kadar oktan BBM sebelum pengiriman ke SPBU ini, sudah sesuai SOP. Baik itu mekanisme kerja maupun kualitas. Peralatan yang sering digunakan Pertamina adalah Coordinating Fuel Research (CFR), itu sudah standar Pertamina untuk mengukur kadar oktan BBM. Akan tetapi untuk pengukuran di SPBU ini kami belum punya alatnya. Ungkap Prasetyo.
“Alat itu merupakan alat standar internasional yang cara kerjanya menduplikasi pembakaran di dalam mesin, sehingga bisa membuktikan ketahanan bahan bakar. Kami berpedoman pada hasil ujinya untuk di jadikan acuan. Kami tidak mengukur dan mengecek kembali pada saat BBM masuk ke SPBU. Karena kami belum mempunyai alat tersebut. Cetusnya.
Editor: REDAKTUR SUMSELSumber: https://SRIWIJAYATODAY.COM