Oleh : T.M. Jamil, (Associate Profesor, pada Sekolah Pascasarjana USK, Banda Aceh.)
KETIKA DIBENCI ; SATU KESALAHAN DAPAT MEMBUATMU MENJADI IBLIS TERKUTUK
Pembaca Yang Mulia ….. Entah mengapa, mungkin dengan izin Allah Swt, saya beberapa hari yang lalu – dipertemukan oleh Allah Swt dengan salah seorang Mantan Guruku di Madrasah dahulu dalam sebuah acara silaturrahim. Kami hampir 30 tahun tak pernah bertemu. Ada pendidikan dan pengajaran yang sangat baik, saya dapatkan hari itu dari mantan guruku tersebut. Agar apa yang disampaikan mantan guru padaku bisa diketahui juga oleh teman dan sahabatku, maka izinkanlah saya untuk mempublish dalam media ini – semoga bermanfaat untuk kita semua…
SAAT ITU – Sang Guru berkata kepadaku : “Nak TM, Kebaikan yang engkau lakukan seribu kali sekalipun belum tentu mendapatkan penghargaan dari orang lain. Namun, satu kesalahan saja yang engkau lakukan sudah cukup bagi orang lain untuk menertawakan dirimu dan bahkan menghukum mu.
Itulah hukum yang berlaku di dunia ini. Tidak adil dan menyakitkan memang, namun tidak perlu larut dan menjadi bagian untuk berlaku tidak adil dan menyakiti sesama. Bapak berharap, kamu tetap menjadi “TM” yang dulu … Murid Bapak Yang Patuh, Santun dan Selalu Memaafkan Orang lain, meski dia zhalim padamu. Biarlah Allah Azza Wajalla Yang Menghukumnya … “
Seribu kebaikan dalam hidupmu belum tentu menjadikanmu sebagai malaikat di dunia, tetapi satu kesalahan saja segera dapat membuatmu menjadi iblis terkutuk dan menjadi penghuni neraka jahanam. Demikianlah manusia di bumi ini seringkali menghakimi sesamanya tanpa perasaan dan menggunakan otak dan akal sehatnya.
Satu kesalahan membuatmu menjadi terdakwa yang seakan layak dihukum mati. Satu kesalahan saja, dapat memusnahkan seribu kebaikan, karena kesalahanmu lebih berkesan dibandingkan kebaikan yang pernah engkau lakukan sepanjang hidupmu.
Walaupun berbuat baik tidak menjadikanmu sebagai malaikat di dunia, tetaplah hidup dalam kebaikan demi kebaikan itu sendiri. Biarlah Allah Swt yang menilai mu kelak. Walaupun hanya karena satu kesalahan engkau dianggap tiada beda dengan iblis dan syetan, janganlah kecewa dan hendak membalas hujatan itu kepada yang menghakimi-mu.
Lupakanlah dan tidak perlu sakit hati, tapi jadikan sebagai kesempatan untuk mengkoreksi diri dan berhati-hati dikemudian hari. Jadikan sebagai vitamin dan energi yang lebih untuk menyehatkan hati dan jiwamu. Lagi pula, kata “iblis” tidak akan membuatmu menjadi iblis, bukan? Kasihanilah orang-orang yang suka menghujat sesamanya dan menghakimi orang lain. Kadangkala penghujat lebih bangsat daripada yang dihujat.
Karena orang yang suka menghujat dan menghakimi, adalah orang yang patut dikasihani dalam kebaikan dan kemuliaan palsunya. Begitulah pesan Rasulullah untuk kita. Semoga Engkau Anak Didik Ku Menjadi Insan Terpuji Dalam Pandangan Allah Swt.
Kekotoran batin masih menyelimuti kebersihan hatinya, sehingga tidak dapat melihat terang dan kebaikan orang di-sekitarnya. Karena orang-orang baik dan bijak tidak akan berani menghujat dan menghakimi kesalahan orang lain. Ia lebih peduli pada kesalahan dirinya sendiri, kesalahan orang lain dianggap sebagai kesalahan dirinya juga. Ia lebih bisa memaklumi dan memaafkan orang lain. Itulah yang disebut orang baik yang sesungguhnya dan itu pula yang Bapak harapkan padamu.
Lalu Sang Guru tersenyum padaku, damai lah hati dan aku ikut tersenyum. Terasa menyejukkan kata-kata yang keluar dari mulut Sang Guru. Terimakasih sujud dan takzim ku padamu, Sang Guru. Engkau begitu mulia, dengan cara dan bahasamu yang indah telah mendidik ku untuk menjadi makhluk yang berhati mulia – meskipun aku dianggapnya tak lebih baik daripada iblis oleh oknum manusia lain yang seharusnya mereka lebih iblis dariku.
Bukankah orang yang menghina orang lain jauh lebih hina dari orang yang dihinakannya? Bukankah orang yang merasakan dirinya suci dan tak bersalah – sebenarnya dialah orang yang paling kotor yang tersimpan banyak salah dan hidupnya – hanya berbungkus kepalsuan dan kemunafikan? Wallahu ‘Aklam Bisshawab. Semoga saja tulisan ini bermanfaat dan menjadikan kita sebagai insan yang selalu berusaha untuk menjadi yang terpuji dalam Ridha-Nya. Amin Ya Rabbal Alamin. Insya Allah.
Sagoe Atjeh Rayeuk, 13 Juli 2024.
Editor: Ayahdidien