RajaBackLink.com

Home / Opini / Pristiwa / sosial

Kamis, 23 Juni 2022 - 11:17 WIB

MENGAPA TIDAK BEREMPATI PADA 6 AYAH YANG PUTERANYA DIBUNUH DAN DISIKSA

Saiful Amri - Penulis Berita

by M Rizal Fadillah

Pemerhati politik dan kebangsaan. Bandung 23 Juni 2022.

Sriwijayatoday.com | Kini meski masih berduka, Ridwan Kamil sudah mulai “ngabodor” yang membuat nitizen bingung antara harus tertawa atau sedih. Bodoran seperti lokasi makam Cimaung disebut Tigerwater, salah tulis Bern menjadi Berlin dikoreksi Bekasi, petazi’ah yang menyatakan mohon maaf lahir bathin dikomentari dikira halal bihalal, serta netizen yang khawatir trauma, jawabannya tidak phobia kecuali bayar hutang.

Ada nuansa empati berlebihan dalam peristiwa musibah tenggelamnya Emmeril Kahn Mumtadz putera Gubernur Ridwan Kamil. Kita tentu berduka dan simpati pada orang tua yang kehilangan putera tercintanya. Apalagi tenggelam saat berenang. Semoga Eril kembali dengan bahagia dan kedua orang tua sabar menerimanya. Tentu hal ini menjadi ujian berat bagi keluarga.

Tetapi fenomenanya menjadi sedikit terganggu, terutama pada saat penyambutan “semarak” yang berlangsung hingga pemakaman. Pengerahan anak-anak sekolah menjadi di luar kelaziman. Apalagi tersiar berita bahwa pengerahan tersebut bersumber atas surat resmi instansi atau dinas.

Tanpa harus menyinggung pertanyaan akan prestasi dan kontribusi Eril bagi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara nyatanya prosesi itu dinilai berlebihan. Netizen yang banyak bersimpati sudahlah pasti, sementara yang mengkritisi juga ada. Hal yang biasa untuk penilaian baik atau buruk.

Baca Juga :  RAKYAT MALAS

Ibrah atau pelajaran kesedihan dan rasa sayang orang tua pada putera yang meninggal karena musibah juga berlaku sama pada orang tua enam putera yang meninggal dibunuh dan disiksa aparat. Enam anggota laskar FPI yang tanpa dosa telah dihabisi. Sangat tragis. Orang tua itu merasakan lebih sakit lagi karena si pembunuh dan penyiksanya ternyata dilepaskan oleh Hakim Pengadilan di negara Pancasila.

Adakah simpati atau empati kita sama seperti meninggalnya Eril putera Gubernur Ridwan Kamil yang meninggal tenggelam saat rekreasi berenang ? Tentu tidak ! Karena orang tua keenam putera yang dibunuh dan disiksa itu bukan pejabat yang terkenal. Mereka orang biasa yang tidak punya kekuasaan dan kekayaan. Orang tua yang hanya mampu sekedar memberi makan anak-anaknya. Untuk menyekolahkan pun sudah teramat berat.

Adakah karangan bunga atau ucapan duka cita di media satu halaman ? Adakah penyambutan yang dikerahkan di sepanjang jalan ? Jika Eril diberi predikat syahid, adakah keenam putera yang meninggal itu berpredikat biasa-biasa saja ? Padahal mereka itu sedang mengawal gurunya, membela dengan nyawa atas ulama yang dihormati, mereka menjadi martir agar guru, pemimpin, ulama yang dijaganya dapat lolos dari pengejaran dan upaya pembunuhan oleh orang tidak dikenal ?

Baca Juga :  Bupati Aceh Timur dan Abu Paya Pasi Resmikan Pesantren Dar Faqih Qur’ani

Alangkah indahnya setelah merasakan betapa beratnya hati ditinggal putera tercinta, Bapak Gubernur Ridwan Kamil tiba-tiba datang bersimpati kepada enam ayah yang puteranya meninggal karena ditembak oleh aparat dahulu. Bukanlah menunjukkan empati itu adalah sikap yang membahagiakan ?

Keenam putera itu sedang berjuang di jalan Allah lalu dibunuh dan disiksa dengan keji. Di negeri sendiri bukan di luar negeri. Sayang minim empati. Difitnah membawa senjata dan melawan petugas, bahkan awalnya didisain untuk menjadi tersangka.

Kita perlu belajar jujur, apa adanya, jauh dari sekedar membangun pencitraan. Siapapun menyadari bahwa anak adalah titipan Allah yang dapat diminta kembali titipannya itu. Begitu juga dengan titipan lain seperti kekayaan atau kekuasaan. Tidak ada guna habis-habisan untuk menumpuk kekayaan dan tidak ada gunanya pula berambisi untuk memperbesar kekuasaan. Semua itu tidak akan abadi, kelak akan diambil kembali. Mungkin tiba-tiba.

Kita belasungkawa atas meninggalnya Eril putera Ridwan Kamil, kita pun harus berempati dan berbelasungkawa pula pada keluarga keenam syuhada yang dibunuh dan disiksa sadis dalam kasus KM 50. Jangan ada perlakuan diskriminasi dan penyikapan berlebihan terhadap peristiwa musibah seperti ini.

Khawatir ditegur Allah nantinya.

Editor/Publies: YahDien

Berita ini 207 kali dibaca

Share :

Baca Juga

JOKOWI MENJELANG TUMBANG

Opini

JOKOWI MENJELANG TUMBANG
Nelayan Ilegal Fishing Aceh Timur Disambut Bupati Rocky Setelah Diampuni Raja Thailand

Aceh

Nelayan Ilegal Fishing Aceh Timur Disambut Bupati Rocky Setelah Diampuni Raja Thailand
GURU ”THOMAS” KENCING BERDIRI  MURID ”ANDI” KENCING BERLARI

Opini

GURU ”THOMAS” KENCING BERDIRI MURID ”ANDI” KENCING BERLARI
PERPPU SANG DIKTATOR TENGGELAMKAN

Opini

PERPPU SANG DIKTATOR TENGGELAMKAN
MAHASISWA KKN-MK K12 BERBAUR DENGAN PETANI MEMANEN CABAI

Aceh

MAHASISWA KKN-MK K12 BERBAUR DENGAN PETANI MEMANEN CABAI
Niat Hati Memancing Ikan Di Sungai Seorang Pelajar Santri Ponpes Al-Haramain Pulau-Panggung Meregang Nyawa

Berita Sumatera

Niat Hati Memancing Ikan Di Sungai Seorang Pelajar Santri Ponpes Al-Haramain Pulau-Panggung Meregang Nyawa
TANDA “CRASH LANDING” JOKOWI

Opini

TANDA “CRASH LANDING” JOKOWI
Tentang Pabrik Fraud di Trunojoyo

Opini

Tentang Pabrik Fraud di Trunojoyo