RajaBackLink.com

Home / Nasional / Opini / Politik

Rabu, 22 Juni 2022 - 09:47 WIB

PIAGAM JAKARTA ADALAH KOMPROMI BANGSA

Saiful Amri - Penulis Berita

by M Rizal Fadillah*

Sriwijayatoday.com | Terjadi perdebatan gagasan mengenai dasar negara dalam Sidang BPUPKI 29 Mei hingga 1 Juni 1945. Kutub besarnya adalah antara konsepsi dasar negara Islam dengan konsepsi netral atau kebangsaan. Sebutan mudahnya antara kubu agamis dengan kubu kebangsaan. Solusi BPUPKI adalah membentuk panitia kecil untuk merumuskan dasar negara yang belum final dan menjadikan dokumen itu sebagai teks proklamasi. 1 Juni adalah hari lahirnya panitia kecil. Sidang BPUPKI ditutup untuk mempersilahkan panitia kecil bekerja.

Komposisi panitia kecil berjumlah 9 (sembilan) orang itu dari kubu agamis (Islam) 4 orang yaitu Prof. A Kahar Muzakir, SH, Abikusno Tjokrosujoso, KH Wahid Hasyim, dan H Agus Salim. Sedangkan kubu kebangsaan juga 4 orang yaitu Ir. Soekarno, Drs Moh Hatta, Mr. Ahmad Soebardjo, dan Mr Moh Yamin. Satu orang Kristen yaitu Mr. A.A Maramis. Pada tanggal 22 Juni 1945 panitia kecil yang dikenal sebagai Panitia Sembilan tuntas menunaikan tugasnya.

Hasil konsensus dengan prosedur yang manis ini menghasilkan apa yang disebut dengan Piagam Jakarta. Dasar negara adalah sebagaimana rumusan Pancasila saat ini. Hanya sila pertama berbunyi “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Prof Soepomo menyebut konsensus itu sebagai “Perjanjian Luhur” sedangkan Dr. Sukiman menyebutnya sebagai “Gentlemen Agreement”. Rumusan Piagam Jakarta inilah yang diamanatkan sebagai teks proklamasi yang harus dibacakan saat kemerdekaan.

Baca Juga :  PENJELASAN DIREKTUR PDAM TIRTA MELAWI TENTANG PENYESUAIAN TARIF TAHUN 2021

Meskipun ada AA Maramis yang beragama Kristen rumusan sila pertama yang ditetapkan 22 Juni 1945 itu tidak dirasakan sebagai masalah. Moh Hatta menulis dalam “Mohammad Hatta : Memoir” bahwa “Mr Maramis.. tidak merasakan bahwa penetapan itu adalah diskriminasi”.

Akhirnya dalam Sidang PPKI 18 Agustus 1945 sebagaimana diketahui “tujuh kata” sila pertama Pancasila itu dihapus. Dengan proses penghapusan yang juga alot dan dramatis bahkan mungkin kontroversial. Namun kubu Islam akhirnya memahami dan dapat menerima “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Pancasila adalah hadiah dari umat Islam.

Rumusan Pancasila 18 Agustus 1945 telah dinyatakan final sebagai “konsensus kedua” setelah 22 Juni 1945. Bangsa Indonesia berpedoman pada rumusan akhir ini.

Masalahnya adalah adapula yang mencoba menarik ke area beda pandangan atau konflik masa lalu yaitu dengan adanya penetapan 1Juni sebagai “hari lahir Pancasila” bahkan melalui Keputusan Presiden segala. Hal ini bertautan dengan upaya melemahkan makna Pancasila 18 Agustus 1945 khususnya dalam kaitan dengan sejarah dan peran umat Islam.

Baca Juga :  Ramadhan, Kodim 0504/Jakarta Selatan Bagikan Takjil

Adalah “bid’ah politik” mengangkat 1 Juni dengan melupakan 22 Juni. Hari lahir Pancasila tanggal 1 Juni 1945 masih pro dan kontra. Jika kubu “kebangsaan” mendeklarasikan 1Juni 1945 sebagai hari lahir Pancasila, maka kubu “Islam” wajib untuk mendeklarasikan 22 Juni 1945 sehagai hari lahirnya Pancasila. Piagam Jakarta adalah kompromi bangsa.

Umat Islam sudah dapat menerima untuk menyelesaikan konflik pandangan dengan menyepakati hari lahir Pancasila adalah 18 Agustus 1945. Akan tetapi jika tetap dipaksakan bahwa lahir dan makna dinisbahkan pada Pancasila 1 Juni 1945, maka umat Islam wajar untuk kembali pada lahir dan makna Pancasila 22 Juni 1945.

Dekrit Presiden Ir. Soekarno 5 Juli 1959 menyatakan :

“Bahwa kami berkeyakinan bahwa Piagam Jakarta tertanggal 22 Juni 1945 menjiwai Undang-Undang Dasar 1945 dan adalah merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan konstitusi tersebut”

Remember Piagam Jakarta 22 Juni 1945 !

*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan

Bandung, 22 Juni 2022

Berita ini 58 kali dibaca

Share :

Baca Juga

Andai Ijazah Jokowi Palsu

Opini

Andai Ijazah Jokowi Palsu
KEPALSUAN CINTA, KETIKA RELA BERKORBAN HANYA HIASAN BIBIR

Opini

KEPALSUAN CINTA, KETIKA RELA BERKORBAN HANYA HIASAN BIBIR
Target Vaksinasi 70% Penduduk, Menkominfo: Butuh Kolaborasi Lebih Masif

Covid 19

Target Vaksinasi 70% Penduduk, Menkominfo: Butuh Kolaborasi Lebih Masif
PPK Dinas Kesehatan Sebut Oknum Anggota DPRD Kuasai Paket Proyek! Garki Sumsel Minta Aparat Penegak Hukum Selidiki KKN Di Dinkes Kabupaten Muara Enim

Headline

PPK Dinas Kesehatan Sebut Oknum Anggota DPRD Kuasai Paket Proyek! Garki Sumsel Minta Aparat Penegak Hukum Selidiki KKN Di Dinkes Kabupaten Muara Enim

Nasional

Ketua Mahkamah Agung Menyampaikan Refleksi Akhir Tahun 2024
Karyawan Swasta di Lahat, Terancam Pidana Penjara

Berita Sumatera

Karyawan Swasta di Lahat, Terancam Pidana Penjara
Kodam Jaya dan PT. Nesle Indonesia Berkolaborasi dalam mengatasi pandemi bersama

Headline

Kodam Jaya dan PT. Nesle Indonesia Berkolaborasi dalam mengatasi pandemi bersama
Bukan Sekedar Melawan Lupa, Makar Ideologi Itu Bernama “Gerakan 1 Juni 1945”

Opini

Bukan Sekedar Melawan Lupa, Makar Ideologi Itu Bernama “Gerakan 1 Juni 1945”