RajaBackLink.com

Home / Nasional / Opini / Politik

Rabu, 25 Mei 2022 - 15:31 WIB

POROS CAP KAKI TIGA

Saiful Amri - Penulis Berita

by M Riza Fadillah*

SRIWIJAYATODAY.COM | Tentu aneh ada poros seperti ini, namun maksudnya adalah bacaan atas koalisi 3 partai politik yaitu Partai Golkar, PAN dan PPP. Meski hanya berbahasa untuk meningkatkan kerjasama akan tetapi semua faham koalisi ini tidak dapat dilepaskan dari kepentingan dan konstelasi Pilpres 2024.

Sekurangnya ada tiga disain yang memungkinkan dari terbentuknya koalisi tiga partai yang dibentuk di Rumah Heritage dengan dihadiri langsung ketiga Ketumnya Airlangga Hartarto, Zulkifli Hasan, dan Suharso Monoarfa tersebut.

Pertama, menjadi poros serius untuk mendorong salah satu diantara ketiganya untuk menjadi Calon Presiden. Airlangga yang berpeluang untuk diajukan atas dasar dominan kekuatan Partai Golkar meskipun figur Airlangga termasuk jeblok dalam survey.

Kedua, sebagai koalisi Pemerintahan Jokowi gabungan tiga partai politik ini menjadi poros pesanan. Kepentingan “kemauan Jokowi” yakni untuk mendukung figur pilihan Jokowi dan oligarki. Bisa saja poros pesanan ini menjadi wadah untuk majunya figur Ganjar-Erik Thohir yang realitanya nir-partai.

Ketiga, menjadi poros cadangan untuk bergabung dengan poros lain. Melihat merapatnya Zulhas dan Monoarfa ke Anies Baswedan, maka potensial poros cadangan ini hanya untuk menyiapkan Calon Wakil Presiden. Paketnya adalah Anies Baswedan-Airlangga Hartarto. Kubu kuat gabungan PKS, Partai Nasdem, Golkar, PAN, PPP dan mungkin Partai Demokrat.

Baca Juga :  Demi Menjaga Prokes, Istiqlal Tiadakan Sahur dan Buka Bersama

Dengan berspektrum “Cap Kaki Tiga” maka poros ini memiliki posisi daya tawar yang strategis. Apalagi PKB telah menyatakan siap untuk bergabung meskipun dengan syarat Cak Imin harus diajukan sebagai Capresnya. Syarat yang sudah pasti direaksi dengan tertawa terbahak-bahak.

Poros “Cap Kaki Tiga” yang awalnya bermaksud meredam panas dalam Istana khususnya perseteruan antara kubu Jokowi dan Megawati akan tetapi sebaliknya justru akan menambah panas di dalam Istana. Hal ini berkaitan dengan tidak atau kurang terakomodirnya kepentingan masing-masing atau karena Istana yang memang sedang membakar dirinya sendiri.

Poros “Cap Kaki Tiga” inipun dapat berfungsi dengan baik jika Threshold 20 % tetap berlaku, akan tetapi jika putusan MK mengubahnya atau aksi sosial mampu mendobrak dekadensi demokrasi atau meruntuhkan penjajahan oligarki, maka konstelasi dipastikan berubah. Tokoh-tokoh “oposisi” seperti Aa LaNyalla Mattalitti atau Rizal Ramli atau lainnya akan semakin berkibar.

Poros “Cap Kaki Tiga” yang menyebut dirinya “Koalisi Indonesia Bersatu” menyatakan menolak politik identitas. Entah apa maksudnya dan jika itu adalah semisal penonjolan identitas keagamaan, maka Koalisi ini menjadi kontra produktif. Faktanya untuk Pilpres maupun Pileg selalu saja suara keagamaan itu diburu dan dikejar, bahkan ditiru.

Baca Juga :  PAKTA INTEGRITAS CAPRES

Puan yang berfose berjilbab dan Erik Thohir yang bersorban peci adalah contoh peniruan tersebut. Politik identitas yang dibutuhkan. Dahulu Jokowi pun ada yang mengidentifikasi dengan Khalifah Umar bin Khattab segala. Walaupun berbeda jauh, Umar bin Khatab itu bukan pendusta, gemar pencitraan, atau penghutang besar. Apalagi menjadi boneka oligarki dan pelanggar hak asasi.

Poros “Cap Kaki Tiga” harus berani keluar dari kungkungan oligarki. Jika tidak dan hanya menjadi pengukuh dari kekuasaan oligarkis, maka Koalisi Indonesia Bersatu ataupun Koalisi lainnya hanya akan berkedudukan sebagai alat penjajahan semata.
Rakyat harus melawan penjajahan dalam segala bentuknya itu.

“Bahwa kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.

Oligarki itu tidak manusiawi dan tidak berperikeadilan. Karenanya lumpuhkan, hapuskan, dan hancurkan.

*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan

Bandung, 25 Mei 2022

Berita ini 106 kali dibaca

Share :

Baca Juga

Benarkah Aceh Timur mengalami krisis anggaran, ataukah ada hal lain yang perlu diungkap?

Headline

Benarkah Aceh Timur mengalami krisis anggaran, ataukah ada hal lain yang perlu diungkap?
Babinsa Bersama Kasipem Kel. Cipinang Cempedak Bagikan Sembako Kepada Warga Yang Isoman

Headline

Babinsa Bersama Kasipem Kel. Cipinang Cempedak Bagikan Sembako Kepada Warga Yang Isoman
JANGAN TERIAK POLITIK IDENTITAS

Opini

JANGAN TERIAK POLITIK IDENTITAS
Dinilai Ada Indikasi Kecurangan Pada Seleksi Kualifikasi Pembuktian Berkas Lelang Tender. Puluhan Kontraktor Muara Enim Geruduk Kantor ULP.

Berita Sumatera

Dinilai Ada Indikasi Kecurangan Pada Seleksi Kualifikasi Pembuktian Berkas Lelang Tender. Puluhan Kontraktor Muara Enim Geruduk Kantor ULP.
Patroli Malam Hari,  Satuan Samapta Polres Muara Enim Pastikan Keamanan Masyarakat

Berita Polisi

Patroli Malam Hari, Satuan Samapta Polres Muara Enim Pastikan Keamanan Masyarakat
Breaking News : Penyidik Kejaksaan Negeri Muara Enim Sita Dokumen Laporan PMI

Berita Sumatera

Breaking News : Penyidik Kejaksaan Negeri Muara Enim Sita Dokumen Laporan PMI
Tujuh Puluh Lima Tahun

Headline

Tujuh Puluh Lima Tahun
BREAKING NEWS : Buron Sejak Tahun 2014, DPO Kejari Palembang Ditangkap Tim Tabur Kejati Sumsel

Berita Sumatera

BREAKING NEWS : Buron Sejak Tahun 2014, DPO Kejari Palembang Ditangkap Tim Tabur Kejati Sumsel