Sriwijayatoday.com, Muara Enim, SUMSEL – Ulang tahun…
Mengulang tahun.
Sudah tujuh puluh lima kali tahun.
Momen setiap tahun.
Bukan negeriku, namun bagian kecil negeriku Indonesia.
Tetap negeri kusapa, karena bagian negeri.
Kabupatenku sayang Indonesia.
Muara Enim Serasan Sekundang, bagian negeri.
Aku memandang sayu, menggelitik kalimat di giga memori.
“Kita yatim piatu” banyak yang berseru.
Ayah ibu, juga wali ayah dan ibu pergi berpamit melalui lugas tayang.
Duka lara menyelip di relung iba yang kehilangan, tertegun.
Yatim piatu, kini ada pengganti sosok ayah dan ibu, pak HNU dan ibu.
Anak bersorak, berharap, menggantungkan hidup baik kepada bapak berompi hitam, bak rompi anti peluru.
Langkah pasti, senyum yakin, menjadi pengganti ayah dan ibu bagi anak yatim piatu.
Ikhlas takdir Tuhan indah, Allah Esa satu.
Gegap gempita adalah keinginan.
Menuangkan dawai indah merdu nan syahdu.
Panggung dan layar terkembang menjadi mimpi ingin.
Namun, merenungkan duka adalah sesungguhnya.
Euforia 75 tahun bagian negeri ini dipersiapkan, mungkin.
Bunga indah, lampu kerlap kerlip, sound system menggema, bahkan mungkin para cantik juga rupawan penghidup panggung.
Seperti itu biasanya, tradisinya.
Pinta cuma satu, jangan jadikan kami yatim piatu lagi.
Majulah, bersemangatlah, gagah beranilah, lakukan yang terbaik, penuh cinta kasih, dan sumbangsih tanpa pamrih, agar sanubari terpatri atas sosok berompi asri.
Indahlah Muara Enim kami.
Sejuklah kota kami.
Damailah penghuni bersaudara negeri ini.
Kebersamaan, Kebersatuan terpatri di sanubari.
MERDEKA 75
Karya Sastra by; Desi Pebriani, M.P.d.













