RajaBackLink.com

Home / Nasional / Opini / Politik / Sosial Budaya

Jumat, 27 Mei 2022 - 15:24 WIB

POLITIK MUNAFIK

Saiful Amri - Penulis Berita

by M Rizal Fadillah*

SRIWIJAYATODAY.COM | Jangankan pembelaan pada agama, untuk sekedar mengomentari perbuatan yang melanggar agama saja tidak. Misalnya perzinaan, penodaan agama, lgbt atau perusakan masjid. Akan tetapi ketika membutuhkan suara umat Islam untuk kepentingan Pemilihan Umum maka tampil dengan atribut Islami seolah berwajah paling saleh. Perempuan tertutup rapat berbalut jilbab, sedangkan lelaki bersorban peci.

Politik munafik menggejala saat mendekati Pemilu baik untuk Pilpres maupun Pileg. Bahkan bukan saja muslim yang mampu berpenampilan Islam tetapi juga non muslim. Yang ingin menjadi pejabat publik dengan mengeksplorasi bahkan eksploitasi dukungan muslim. Ingat kasus Ahok dahulu. Terlalu asyik ia mengoceh kesana kesini hingga menyentuh hal yang sensitif, ayat-ayat Qur’an.

Sifat munafikun itu di samping banyak dusta dan khianat atas amanat, juga bermimikri yaitu berpura-pura sama dengan komunitas yang menjadi targetnya. Tujuannya mengolok-olok, menggerus dan menghancurkan.
Al Qur’an mengingatkan :

“Wa idzaa laquu ladziina amanuu qoluu amanna wa idzaa kholau ilaa syayaathiinihim qoluu inna ma’akum innama nahnu mustahziuun” (Dan ketika mereka bertemu dengan orang beriman mereka berkata kami orang beriman, dan ketika kembali ke komunitas setannya, mereka berkata kami bersama kamu, sesungguhnya kami hanya memperolok-olok saja)–QS 2 : 14.

Baca Juga :  Kadisdik Minta Agar Para Guru Tidak Ragu Untuk Divaksinasi

Politik munafik adalah mereka yang menjalankan dan berjalan-jalan menjajakan bahaya keagamaan. Hati hati ekstremisme, radikalisme, dan sikap intoleran. Waspadai orang-orang yang berceramah menyinggung jihad, khilafah, thogut dan kafir. Bahaya terorisme telah mengancam kita, begitu bahasa kaum tak suka atau takut Islam.

Radikalisme dan intoleransi adalah bahasa provokasi untuk memecahkan belah. Kadang isu terorisme dicarikan fakta pembenaran dengan kemunculan teroris buatan sendiri. Politik munafik itu menakut-nakuti akan adanya hantu dan hantu itu dibuat lebih dulu atau kemudiannya.

Munafikun selalu ujub atau serba ingin pujian. Shalat mengimami harus dipublikasikan dengan foto yang disebarkan. Tapi penda’wah ditangkap dan dipenjarakan. Tega membunuh aktivis yang membela agama dan ulama. Munafikun lebih berbahaya daripada kafirun yang terang terangan memerangi karena munafikun adalah penjahat dalam selimut. Selimut yang dipenuhi kutu-kutu busuk.

Politik munafik menghalalkan segala cara atau “il fine giustifica il” kata Machiavelli. Cerdik tapi menipu. Terlalu banyak penipuan dengan kamuflase merakyat, sederhana, atau beragama. Akan tetapi si kancil seketika juga dapat berubah menjadi singa pemangsa. Diterkamnya rakyat yang tidak patuh atau melawan. Dengan alasan yang dibuat-buat atau dicari-cari.

Baca Juga :  How to Give Your 2016 Resolutions Staying Power

Kebijakan rezim saat ini sarat gaya politik munafik. Soal vaksin, impor, minyak goreng, dana umat, mafia tanah, investasi asing hingga mundur maju perpanjangan masa jabatan. Lain omong lain pelaksanaan.

Khianat amanat membangun rekayasa licik seperti kotak suara kardus, KPU dan Bawaslu orang-orang tertentu, perpanjangan masa jabatan MK, hingga TNI Polri yang akan menjabat Plt Kepala Daerah. Semua adalah persiapan untuk melakukan “political hypocricy”–politik munafik.

Rakyat Indonesia khawatir akan masifnya upaya untuk melestarikan politik munafik ini. Rezim yang mewariskan kejahatan tanpa merasakan bahwa perbuatannya itu adalah jahat.
Teringat tulisan David Ruciman dalam buku “Political Hypocricy : The Mask of Power” yang menyatakan bahwa kemunafikan politik yang paling berbahaya adalah klaim dirinya tidak berpolitik munafik.

Atau kita sudah menyerah pada pemimpin apa saja yang terang terangan bersifat munafik ?
“What kind of hypocrite should voters choose asal their next leader ?” tulis Ruciman.

Dari Jokowi ke Jokowi baru, agar Jokowi tetap abadi.
Senista itukah bangsa dan rakyat Indonesia ini ?

*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan

Bandung, 27 Mei 2022

Berita ini 131 kali dibaca

Share :

Baca Juga

Jika Terbukti Ijazah Jokowi Palsu, Apa Yang Akan Terjadi ?

Opini

Jika Terbukti Ijazah Jokowi Palsu, Apa Yang Akan Terjadi ?
ASRENA DANLANTAMAL IV BERI SOSIALISASI PELAYANAN PUBLIK MENUJU WBK DAN WBBM

Headline

ASRENA DANLANTAMAL IV BERI SOSIALISASI PELAYANAN PUBLIK MENUJU WBK DAN WBBM
Di Duga Kinerja Oknum Pengawas dan Konsultan di Kabupaten Bekasi Makan Gaji Buta

Daerah

Di Duga Kinerja Oknum Pengawas dan Konsultan di Kabupaten Bekasi Makan Gaji Buta
Bandung Bergerak “Adili Jokowi”

Opini

Bandung Bergerak “Adili Jokowi”
Inilah Visi dan Misi: Ketika Saya Bermimpi Menjadi Gubernur Aceh, 2024 – 2029

Headline

Inilah Visi dan Misi: Ketika Saya Bermimpi Menjadi Gubernur Aceh, 2024 – 2029
TOLAK KEMENANGAN PALSU PRABOWO GIBRAN

Opini

TOLAK KEMENANGAN PALSU PRABOWO GIBRAN
Para Tokoh Nasional Tandatangani Sertifikat Penghargaan Bekasi Mencari Pemimpin

Headline

Para Tokoh Nasional Tandatangani Sertifikat Penghargaan Bekasi Mencari Pemimpin
Kapolres Lahat Pimpin Upacara Sertijab 3 PJU dan 2 Kapolsek

Berita Polisi

Kapolres Lahat Pimpin Upacara Sertijab 3 PJU dan 2 Kapolsek